Laman

Rabu, 10 April 2013

Nilai, Menilai, Penilaian


Di balik semua kegagalan dan kesedihan ini, kenapa harus mempertanyakan semua tawa yang ada. Kita hanya menertawakan diri setelah berhasil melewati satu part kehidupan yang memang nyatanya tidak mudah. Namun kami tetap BAHAGIA! Sumpah demi tawa kami saat ini.

Sebenarnya udah dari kemarin mau nulis soal ini. Tapi masih kebentur sama deadline kerjaan. Yaaaaa… gitu deh. Klo kata mantannya temen sih, deadline dikejer, jodoh ditungguin. Quote macam apa itu… tapi bener sih. Kita jadi lebih takut sama deadline daripada ga dapet jodoh. (melanturrrrr…)

Tapi tiba-tiba aja pengen nulis ini setelah, my best friend just sent me a bbm. She told me that she is single (again). Gambaran sedikit aja, karena singkat banget itu hubungan, gw aja belum sempet dikenalin sama sang pacar. 

Kadang kepikir begini, apa yang terjadi saat ini, adalah hal yang benar-benar ga pernah gw bayangkan sebelumnya. Di khayalan masa kecil dan remaja gw, gw ga pernah membayangkan, putusnya gw sama pacar bukan karena hal perselingkuhan atau kebosanan. Gw bahkan dulu bertanya, kenapa orang bisa putus cinta. Kecuali karena selingkuh dan cowok atau ceweknya brengsek, menurut gw suatu hubungan itu ya ga bisa putus. Tapi yaaa… ini kan realita hidup yaaa.. nyatanya banyak aja gitu masalah yang muncul. Ketidak yakinan, yang katanya ketidak cocokan, yang katanya ketidakadilan. Apalah dengan itu. Mungkin sahabat gw itu juga ga pernah ngebayangin her love destinynya bakal begini. Tapi ya inilah hidup kan?! 

Orang-orang di luar sana berpikir kita tidak cukup dewasa menertawakan kebodohan sendiri. Tapi apalagi yang lebih baik dari kesadaran atas sebuah kebodohan daripada tidak pernah sadar kalau dirinya tidak cukup baik? Dengan diam saja juga tidak menjamin kita menjadi si baik. Hidup ini penuh dengan penilaian orang lain. Nyatanya saat ini juga masih banyak orang-orang yang membuat keputusan untuk orang lain, bukan untuk dirinya sendiri. Lalu, kalau begini ceritanya, siapa yang dinilai baik? Si pengambil keputusan yang hidup bukan untuk dirinya sendiri atau yang ditinggalkan, dia yang mencoba menerima ketidak jelasan yang akhirnya malah mendapatkan sebuah perpisahan.

Hidup itu absurd. Tidak ada pakem pada sebuah penilaian. Ketika kamu melihat sisi yang berbeda, kamu mendapatkan penilaian yang berbeda. Jadi apa iya, penilaian kita pada sesuatu itu adalah keegoisan kita ingin melihat dari sisi yang mana?! ABSURD kan?! Memang iya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar