Sungguh lucu membayangkan, sebaris kalimat akad dapat merubah hidupmu selamanya!
Teman SMP punya anak, temen genk SMA baru aja hamil, yang lain mau nikah minggu depan, yang lain lagi baru aja melahirkan. What a years!!!
Tahun ini benar-benar penuh dengan perubahan. Perubahan karena memang begitu adanya. Berubah status, berubah impian, berubah karier, sampai berubah penampilan, atau mungkin berubah menjadi single di umur sekarang.
Para sahabat itu sudah menemukan kehidupannya yang lain, sisanya tinggal menunggu dilamar sama siapa, lucu! Tahun ini saya ditinggal nikah oleh tiga sahabat saya. Putri yang menikah Febuari lalu, dan dalam waktu setahun 2 kali berubah status, menjadi istri lalu menjadi ibu, Tanti yang menikah April lalu dan sekarang sedang hamil dua bulan, lalu Lisha yang akan menikah minggu depan dengan pacarnya yang kuancam untuk segera menikahi sahabatku yang sudah 7 tahun ia pacari. What a life kan?!
Ironisnya, ketika sahabat-sahabat sudah berani memutuskan untuk menjalani tanggung jawab yang begitu besar, aku masih berkutat soal kegagalan percintaan kemarin. Iya sekarang sudah memulai kembali, tapi hubungan ini seperti memulai dari awal, jadi tidak ingin terlalu banyak ekspetasi walaupun orientasi hubungan ini katanya berbeda dari yang dulu.
Belum lagi selesai memikirkan para sahabat yang berubah status ini, kemarin baru saja mendengar kabar sahabat pacar yang juga naik pelaminan. Ohhhh tahun berapa ini, berapa umur kita sekarang?! Itu yang terlintas di pikiranku ketika menerima semua kabar ini.
Ok! Gw dan teman genk SMA memang punya lingkungan yang berbeda. Kepindahan gw ke kota Jakarta ketika lulus SMA membuat gw beranjak dewasa jauh dari mereka. Lingkungan kami berbeda, kedewasaan kami berbeda, cara kami memandang kehidupan pun berbeda. Apalagi aku tumbuh dengan teman-teman kuliah yang usianya setahun dibawahku. Jadi ketika teman-teman SMA ku udah pada ribut tak kunjung dilamar oleh pacar mereka, aku masih berkutat dengan kuliah yang aku jalani dan menikmati masa-masa pacaran dengan si My Man.
“Lo ga di Lampung Yu. Lo ga ada diantara anak-anak. Lo ga ngerasain gimana tiap bulan lo dapet undangan nikah dari temen SMP lo, SMA lo, SD lo.” Omel Tanti ketika aku tanya saat dia mencari souvenir untuk pernikahannya.
Ok! Dia benar. Ketika teman-teman SMA sudah pada kondangan, aku disini yang ada hanya menemani My Man kondangan ke teman-teman perempuannya yang naik pelaminan. Ketika teman-teman SMA aku sudah mulai hang out dengan pacar dan keluarga pacar, aku masih haha hihi di tempat hang out sama sahabatku disini. Tapi kalau dibilang mereka semua selangkah di depanku, hmmmm…. Bisa iya bisa ga yaaaa.
Kembali mengobrol dengan teman-teman remaja memberikan pandangan yang lain padaku. Ketika beberapa bulan yang lalu berkunjung kesana untuk kondangan tempat Tanti, obrolan dengan mereka ini memberikan sesuatu yang berbeda seperti apa yang aku dapat dengan teman-temanku di Jakarta ini. Tapi walaupun begitu, aku masih saja memandang bocah-bocah SMA ini sebagai anak kecil yg “ko udah mau nikah”…. Memang ya, saling mengenal sejak remaja membuat kita lupa, bahwa kita yang sekarang bukan kita yang dulu ketika berseragam putih abu-abu.
Posisi saya sekarang berada dalam pengantar teman-teman saya menuju gerbang tanggung jawab yang sudah menanti dia karena sebaris kalimat akad. Ga kebayang, hanya karena sebaris kalimat akad, besoknya kita harus mikirin suami, ibu mertua, bapak mertua, orang tua sendiri, mau punya anak, nabung buat beli rumah, investasi jangka panjang, melayani suami, ketakutan akan perselingkuhan, ketakutan campur tangan mertua… banyak kan?!?!?!
Ya itulah ya hidup. Apalagi di usia 20-an ini, otak dibagi-bagi. Karier, uang, kehidupan, cinta dan lainnya. Semua ada di tangan kita, bukan orang tua ataupun teman. Kita yang menentukan apa yang kita jalani. Kita yang tahu apakah kita sudah cukup siap atau belum. Hanya kita yang bisa memastikan apakah kita bahagia atau tidak. Hanya kita! Jadi buatlah keputusan, jika itu salah, kamu bisa memperbaikinya, jika tidak bisa, ikhlaskan, mulailah yang baru, dan buat awal baru dengan akhir yang kamu tahu pasti akan bahagia.
Hidup itu berubah; berubah itu menjadi dewasa; menjadi dewasa itu terus menerus menciptakan diri sendiri tanpa henti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar