Laman

Rabu, 12 September 2012

I've Made My Decision

I have to respect my self... Itu kalimat yang saya pikirkan ketika saya mendengar jawaban yang tidak ingin saya dengar. Dan hal itulah yang akhirnya saya pertimbangkan ketika mengambil keputusan ini. Bukan saya yang mengambil keputusan, mungkin saya membantu memberikan pilihan agar tercapai suatu keputusan.

Intinya adalah, it hurts when your relationship is NOTHING for your man. Mungkin terlalu berlebihan, hanya excusenya begini, mungkin ini bukan excuse, tapi ya sudahlan apapun ini disebutnya. Jika memang saya berharga untuk dia, maka dia akan menghargai saya dan waktu yang sudah kita jalani bersama sekian lama.

Saya mencoba sekuat tenaga mengikatkan bahwa ini bukan salah siapa pun, pihak mana pun, ataupun keadaan sekalipun. Ini adalah salah saya dan dia. Kami pikir kami siap, ternyata tidak, kami pikir kami cocok, ternyata tidak. Kami pikir kami kuat, nyatanya pun semu.

Saya mencoba menghargai waktu yang saya jalani, karena saya sadar kata "begitu besar cinta, begitu sempit waktu". Awalnya saya pikir ini semua adalah efek dari pihak-pihak yang tidak mendukung hubungan ini. Namun saya sadar bahwa hubungan ini adalah milik kami, jika memang cinta yang kuat ada di dalamnya, tidak akan ada pihak yang mampu mengganggunya.

Karena itu saya sadar, ini semua adalah kesalahan kami, saya dan pasangan. Bukan pihak-pihak yang tidak mendukung, ataupun keadaaan. Saya percaya, ketika pria sudah menemukan wanita yang dipilihnya, seharusnya dia akan berjuang untuk terus bersama, namun ketika itu semua tidak ia lakukan, jawabannya adalah "dia pikir, kamu tidak cukup baik untuk dia"

Setelah waktu yang hampir 3 tahun kami lewati, dengan kenyataan yang saya dapati seperti itu, jujur, saya sakit, saya merasa dipermainkan oleh orang yang saya percaya adalah laki-laki baik yang pernah saya kenal.
Ketika hubungan ini semakin lama dijalani, ketika saya pikir hubungan ini semakin matang dan mantap, nyatanya yang ada adalah ketidaksiapan dan ketidakyakinan. Kalau sudah begini , lalu apa nilai yang sudah dilewati? Tampaknya kami begitu bahagia selama ini, tampaknya kami begitu percaya selama ini. Saya pikir kita melangkah dengan keyakinan yang sama, tampaknya ada mimpi yang kita susun selama ini. Namun kenyataannya adalah KOSONG.

Cukup mengenaskan ketika mendapati kenyataan bahwa hubungan yang dibina sekian lama sekiranya memiliki tujuan ternyata tidak ada sama sekali. Saya merasa ini bukan orang yang menyatakan cinta pada saya 3 tahun lalu. Bukan dia! Orang yang "nembak" saya dulu tampak sangat dewasa, bijaksana, dan yakin. Namun sekarang, saya harus mendengar ketakutan dan ketidakjelasan, totally different. He's not who is mine.

Saya ingin sekali menyalahkan diri saya, mencari apa kekurangan saya, namun saya sadar, saya harus menghargai diri saya sendiri. Terdengar selfish, tapi tidak! Nyatanya saya lebih berani dari pria yang saya pikir akan menuntun saya ke depannya nanti. Nyatanya dia bahkan tidak tahu harus ambil jalan kanan, kiri, atau lurus dalam perjalanannya. Karenanya, saya memilih jalan saya sendiri, menawarkan padanya, namun dia ketakutan memilih apakah harus berjalan dan melangkah bersama saya.

Saya pun memilih jalan, dan pilihannya saya berjalan sendiri. Saya sadar, nanti, suatu saat dalam perjalanan saya, saya akan berada pada titik terendah hidup saya. Merasa menjadi orang yang paling nelangsa. Namun saya sudah mengambil pilihan, kalau bukan saya yang menghargai diri saya, lalu siapa?
Tentu saya tidak mungkin mengharapkan pria yang bahkan tidak punya tujuan pada saya, untuk menghargai saya. Karena jika memang dia adanya, dengan yakin dia akan menuntun saya kemana pun jalan yang dia yakini baik.

Masa transisi ini sulit. Saya pikir begitu, namun saya harus menghargai orang-orang yang menghargai saya. Teman-teman yang tidak pernah ragu akan diri saya, keluarga yang selalu percaya pada saya.
Sekarang saya sadar, betapa baik orang berkata tentang kita, betapa banyak harta yang kita punya, ketika kita menilai tanpa melihat lebih dekat, apakah bijaksana?? Mungkin orang menilai apa yang mereka lihat, tapi hati tidak bisa dilihat. Lebih bijak dan lebih adil menilai orang, itu pelajarannya. Karena saya sudah tahu rasanya....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar