Ketika saya mengingat ini, saya hanya merasa jadi remaja paling konyol!! Bagaimana tidak.. di usia saya yang ke 17 saya sudah merasa punya pemikiran yang ”open minded” sekali,dan penuh pendewasaan.
Belum pernah saya mengakui ini, tapi ketika saya membuka diary saya waktu saya berumur 17an, saya menyadari, saya pernah suka dengan pria berumur 28 tahun.. ridiculous right?!?!
Sekarang saya memanggil dia dengan sebuat "sir".. selalu begitu.. tapi dari sepenggal cerita ini yang pasti saya ingat adalah, bagaimana saya begitu berusaha keras untuk menjadi dewasa. Padahal saya tidak begitu sama sekali.
Pada waktu itu saya bertingkah seperti saya tahu segalanya, padahal sudah pasti pengalaman hidup saja belum ada apa-apanya. Dan konyolnya, si ”sir” itulah yang memberikan pengalaman tentang dinner pertama saya dengan pria, tentang bagaimana begitu diperhatikan oleh seorang pria.
Hahaha...saya jadi bercerita tentang ”sir” ini.. i like to discuss with him.. he knows about everything.. dia bisa menjawab semua pertanyaan-pertanyaan saya. He like a brother, like a friend, like a man. Dia bisa menempatkan dirinya untuk menjadi siapa saja untuk saya. Kalau sudah begitu bagaimana saya tidak menjadi senang di dekatnya. (saya baca lagi kalimat2 yang saya tulis, tampaknya sedikit berlebihan)
Banyak wejangan yang dia berikan untuk saya. Dia mengerti sekali, pada waktu itu saya teenagers yang lagi so’ tau nya.. dan dia hanya tersenyum sambil mendengarkan jika saya sedang beropini tentang hal-hal yang saya sinisi.
Intinya...dia selalu bisa membuat saya tersenyum.
Bunyi klaksonnya di pagi hari ketika dia berangkat kerja, sapaannya ketika bertemu, kegentlelanya sebagai pria, gombalan konyolnya di sms, saya tahu dia konyol, tapi toh itu semua bisa membuat saya tersenyum.
Dan bodohnya saya...saya tidak menyadari, bahwa yang saya hadapi saat itu adalah pria berumur 28 tahun dengan segala kedewasaannya. Saya terlalu berusaha keras untuk menjadi dewasa agar dipandang dewasa juga olehnya. Mungkin karena itu dia selalu mengingatkan saya bahwa, saya harus berhati-hati untuk menghadapi pria, menjalani hidup. Dan pada waktu itu saya hanya menanggapinya dengan ”you don’t know anything about me”. Pada waktu itu saya yang masih remaja, hanya berpikir saya sudah dewasa, saya sudah melewati cukup banyak kegagalan dan kesedihan. Jadi untuk soal pria saya hanya meliriknya sinis. “so’ tau” pikir saya.
Tapi dia hanya tersenyum setiap saya lirik dengan sinis, karena dia sepertinya tahu sekali bahwa saya masih REMAJA. Dia mencoba untuk terbuka dengan saya, tapi saya tidak. Saya ingat sekali ketika makan bersama kami yang terakhir, waktu itu dia mengajak sarapan pagi di luar. Dalam perjalanan banyak obrolan dan kembali dia memberikan saya wejangan “hati-hati yu sama pria. Kalau pria itu emang serius sama lo, dia akan terbuka tentang apapun sama lo, salah satunya dia akan kasih liat selip gajinya". (sekarang masih ada ga selip gaji?!?!?!?)
Sampai pada akhirnya beberapa minggu kemudian dia memberitahu saya bahwa dia akan menikah. Ya..dia telah menentukan pilihannya dari sekian banyak wanita yang dipacarinya. Kami masih smsan, dan dia mengirim sms seperti ini “abang sayang sama ayu. More than you think more than you know”
Entah tapi pada saat itu saya masih sinis dengan dia jadi saya balas “can I believe a man like you?!?!”
Dan sekarang saya hanya tertawa mengingat itu semua.. what a amn, what a ajerk!! Itu tulis saya di diary saya waktu itu.
Dan seperti saat ini saya terus tersenyum menulis ini, begitu pula ketika saya terus tersenyum mengingat bagaiamana begitu kerasnya saya menjadi dewasa untuk seorang pria. Dan malunya lagi, he knows me well. Jadi saya tahu, pada waktu itu “sir” tahu saya sedang berusaha menjadi dewasa.
That’s my teens life!!
:)